15.1.11

dari Pak Rapik:"Panah dan Busur" oleh Kahlil Gibran

saya suka sekali guru-guru saya di sini. *berpikir sejenak* oke, ralat. saya suka sekali beberapa guru di sini. terutama yang suka ngasih advice, both direct or undirectly. Pak Rapik, guru bahasa Indonesia saya, adalah salah satu contohnya. boleh jadi, karena saya ini gila motivasi, sedikit simple advice saja bisa bikin saya klepek-klepek kayak liat cowok cakep *in fact, saya nggak klepek2 kalo liat cowok cakep* terkadang saya langsung kepikiran untuk posting itu advice. seperti yang satu ini :
"seharusnya, orangtua itu tidak memaksakan kehendak mereka kepada anak-anaknya. seyogyanya, mereka membiarkan anak mereka berkembang dengan alami. mereka tinggal mendukung, baiknya dengan menjadi motivator. syukur-syukur kalau bisa dengan dorongan finansial pula. seperti analogi dari Kahlil Gibran. anak adalah panah, dan busurnya adalah orangtuanya. orangtua sewajarnya tidak mengikutkan anaknya les matematika ketika anaknya harus remedial di pelajaran itu dan justru menghilangkan jadwal les musik yang begitu disenangi anaknya karena menganggap itu sebagai salah satu hambatan. kalau anak sudah tak bisa matematika, jangan dipaksakan bisa. dorong ia untuk menekuni musik yang ia senangi dan kuasai. orangtua itu tugasnya memberi dorongan seperti busur. biarkan anak melesat jauh dengan bebas selayaknya panah."
begitu kata Pak Rapik waktu ngajar di kelas saya pekan ini. nggak serinci itu sebenernya *soalnya saya ngarang aja, hehe*. tapi garis besarnya gitu.
bukan berarti saya tergolong anak yang nggak didukung ortu. tapi, barangkali memang saya yang harus mencari peluang lain, bukan yang satu ini. yang saya senangi. yang sulit bagi orangtua saya untuk bisa mendukung dengan maksimal.
"bisa jadi apa yang kau suka itu tidak baik untukmu, tapi barangkali yang tak kau suka itu justru lebih baik"
untuk beberapa hal, saya bisa sependapat dengan quote ini. tapi untuk beberapa yang lain, saya tidak akan setuju. hehe

Quotes-Lover

akhir pekan ini

how it can be
when your smile means different in my eyes
when your glance always be the reason of my nervousness
and even oftenly your back is the only part i can see
i wont complain
everything is just 'bout welcomin'
jadi.. apa maksudnya itu,ha? malu sendiri saya bacanya. entah ya, tapi ya beginilah adanya. saya kan hanya orang awam yang terlalu polos untuk mengerti terlalu banyak hal. especially anything similar with these ones? barangkali jawabannya iya dan tidak. soalnya saya terlanjur bingung untuk bisa narik conclusion.
oke. jadi mari kita abaikan bait pertama posting ini. seriously unimportant.
sebenernya, bisa blogging begini saja udah bagus. banyak macam assignment yang memanggil minta dituntaskan, baju-baju yang berteriak minta dicuci, itu semua saya kacangin dulu. hanya untuk posting tidak jelas seperti ini. *bisa anda lihat, saya sama sekali bukan tipikal perfectionist girl* dengan pertimbangan mengalihkan semua itu untuk diselesaikan sore ini, bisa jadi LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) malam ini saya ikuti sambil setengah tidur.
yap, pekan ini kita malam mingguan bareng di MPB (Multi Purpose Building). ihirrrrrr.... LPJ pertama saya di IC, ceritanya. beberapa temen keliatan kena LPJ-syndrome,sepertinya. saya pribadi enggak nervous atau terkonstaminasi virus demam LPJ atau apa pun itu. entah ini bagus atau malah tergolong parah. maklum saja kalau anak-anak -terutama yang Board Member dan Division Coordinator- segitu sibuknya ngurusin laporan. ini kan masalah amanat yak?
di samping itu, besok gilirannya para cewek IC jalan-jalan. lumayan lah, bisa jadi obat pereda stress. saya ini tergolong anak-yang-menanti-reguler *reguler itu istilah untuk perizinan 2 kali sebulan*. terutama karena tugas-tugas itu tadi, yang kebanyakan perlu information source dari internet. iya sih, di dorm juga ada labkom siswa. tapi kalau jumlah unitnya masih kurang padahal yang make se-alaium gambreng, sama aja sussyah kan.
anyway, akhir-akhir ini ujan terus ya? haduuh.. hati-hati yang suka begadang+jarang makan kecuali kalo sarapan *haha.. oke, itu saya banget*. saya udah mulai pilek, kalo nggak segera ditangani pasti bakal demam. males banget yak kalau sampai sakit komplikasi kayak dulu. kalau zaman saya SD-SMP nih ya, semua diawali pilek. terus batuk. lalu demam. ditambah asma kambuhan. wah wah waaah. asoy deh pokoknya *haha*. but mummy-daddy! dont worry! saya nggak segitu nggak-pedulinya sama diri sendiri kok.
mm.. saya mulai capek duduk. tapi kayaknya masih banyak aja yang mau saya tulis. nggak penting untuk Anda. tapi (enggak begitu) penting bagi saya.

12.1.11

Dedicated to Mr. Ipik ..

Barusan saja jam pelajaran terakhir saya hari ini berakhir. Jam segini? Nggak kayak biasanya ya kan. Dibilang selesai juga nggak sepenuhnya bener. Soalnya, Pak Ipik -guru Sosiologi saya- mengakhiri pelajaran agak lebih awal sembari ninggalin tugas. Dan untuk itulah saya blogging hari ini.
1st Question! Explain the meaning of family as an agent of socialization!
Seperti yang baru saja diterangkan Pak Ipik, subjek yang melakukan sosialisasi disebut agen. Dan agen itu tidak hanya satu, tentunya. Nah, salah satu diantaranya adalah keluarga.

Jelas adanya bahwa keluarga adalah agen sosialisasi. Karena tentunya, lingkungan social pertama yang diterima seorang individu adalah keluarganya. Sosialisasi yang terjadi secara sedemikian alaminya dilakukan oleh individu-individu lain dalam suatu keluarga kepada si individu baru, mencakup aspek-aspek mendasar dalam kehidupan. Seperti misalnya, bagaimana berjalan,makan dan bicara. Sosialisasi yang dilakukan sejak usia amat dini ini akan kuat tertanamnya. Meskipun nantinya si individu akan menjamah lingkungan yang lebih luas, informasi dan nilai-nilai yang telah ada dan ia pahami di luar kepala dari sosialisasi oleh keluarganya sendiri, meskipun sedikit, akan membekas, selalu ada.

Sebagai contoh, saya yang dibiasakan mengenakan kerudung sedari sebelum bersekolah, tidak akan sebegitu mudahnya melepas jilbab di tempat umum *ya iyalah ya?*.
2nd Question! Reflect you yourself and find which one of those agent that affects you more!
Saya nggak bisa meyakinkan diri tentang mana agen yang paling berpengaruh besar pada diri saya. Barangkali karena belum begitu terasa?

Keluarga saya yang notabene keluarga yang, katakanlah, islami, pastilah besar perannya pada pembentukan pribadi saya. Ummi yang cenderung lembut, Abi yang mendidik dengan keras, sekaligus posisi saya sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, secara langsung dan tidak menjadi pembangun adanya saya yang sekarang ini.

Tapi, teman-teman saya sejak SD sampai di Insan Cendekia ini pun tak kalah besar antisipasinya. Dari mereka, saya mengenal adanya banyak personality, yang selanjutnya membawa saya pada ketertarikan besar pada bidang Psikologi. Dari mereka pula, saya belajar menjadi makhluk sosial yang sesungguhnya.

Dan lalu, tempat saya bersekolah sekarang, MAN Insan Cendekia. Saya sadar betul, pilihan saya untuk yang satu ini tidak salah. Lingkungan di IC sangat kondusif untuk segala aktivitas pembelajaran dan pengembangan diri.

Barangkali sekian saja assignment paper kali ini. Saya buru-buru mau nonton kelas saya main sepakbola :)